Senin, 25 Juni 2018

kewirausahaan


Globalisasi, Tantangan, dan Inovasi
Peasingan bisnis yang semakin mendunia (global) dan tajam menuntut perusahaan memiliki modal intelektual yang kuat dan menganut sistem terbuka (open system). Organisasi atau perusahaan yang mengadopsi sistem terbuka akan “peka” dan merespon keinginan dan  kebutuhan para pemangku kepentingannya khusussnya para pelanggan secara efektif dan efisien.
            Menurut fischer (2003), globalisasi menunjukkan ekonomi, sosial, hubungan dengan orang luar negeri dan budaya. Globalisasi tentu menjanjikan peluang pasar yang lebih besar, namun disisi lain persaingan semakin tajam. Sebab itu diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus agar perusahaan mampu berinovasi.
            Perusahaan perlu mengadopsi paradigma organisasi pembelajaran ( learning organization) karena paradigma tersebut tidak hanya mendorong perusahaan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan, tetapi juga untuk “belajar” secar berkesinambungan agar selalu lebih maju dari perusahaan pesaing. Setiap karyawan senantiasa “bertanggung jawab” dan berkomitmen untak belajar. Beberapa faktor pemicu organisasi antara lain adalah perdagangan bebas dunia, peasing bisnis tingkat dunia,tuntutan dan permintaan pelanggan akan barang atau jasa yang bermutu atau bernilai tambah tinggi, kebijakan perdagangan dunia    (non tariffs kuota) ,perkembangan pesat tegnologi informasi dan transportasi, serta muncul nya pasar potensial untuk dijadikan peluang bisnis.
            Para pemimpin perusahaan seyogianya memiliki global mindset  agar mampu “membaca” arah bisnis global di masa depan  sehingga sejak saat ini sudah memiliki setrategi yang tepat untuk mengantisipasinya.
            Para pemimpin perusahaan perli mengembangkan karyawan sehingga menjadi perusahaan pembelajar (learning culture) yang selalu mendorong dan mengarahkan setiap karyawan, pelanggan, pemasok bersama-sama “melihat” peluang, memanfaatkannya untuk mencapai sasaran demi kemajuan perusahaan. Lingkungan bisnis yang semakin mendunia berdampak pada intensifnya interaksi antar perusahaan yang bersifat global, sebab itu para pemimpin perusahaan seyogianya memiliki kecerdasan budaya yang tinggi (cultural intelligence) agar mampu mengelola perbedaan budaya menjadi suatu kinerja yang positif.


           
Menurut  Livermore (2010), kecerdasan budaya atau CQ adalah kemampuan individu dalam berperan secara efektif  pada situasi lintas bangsa,etnik dan budaya perusahaan. Dengan kata lain, seorang dengan kecerdasan budaya yang tinggi akan mampu berinteraksi secara efektif dengan berbagai bangsa di dunia.

            Menurut Livermore (2010), CQ (cultural intellegence) terdiri dari empat dimensi:
-          CQ drive adalah kekuatan dan kercayaan diri untuk memperoleh pemahaman yang diperlukan dan membuat perencanaan yang berkaitan isu lintas budaya.
-          CQ knowledge adalah pengetahuan yang berkaitan dengan pemahaman isu-isu mendasar tentang budaya yang relevan dengan pekerjaan.
-          CQ strategy  adalah kemampuan menggunakan pemahaman budaya yang dimiliki seseorang untuk membuat suatu perencanaan dan menginterpretasi apa yang terjadi pada suatu situasi.
-          CQ action adalah kemampuan untuk berinteraksi dan memimpin secara efektif dan fleksibel dalam konteks lintas budaya.

Organisasi Sistem Terbuka (open system)
           
Menurut Katz dan Kham (1978) sistem terbuka (open system) memiliki karakteristik antara lain kemampuan organisasi melakukan penyesuaian-penyesuaian yang didasari oleh informasi, masukan dan umpan balik dari lingkungan, ia terdiri dari peristiwa yang bersifat siklikal (cyclical character), cenderung untuk bertumbuh serta memiliki berbagai cara (equifinality) untuk mecapai sasaran. Masukan (input) antara lain: bahan dasar atau sumberdaya manusia. Dalam melakukan suatu proses produksi, perusahaan perlu mempertimbangkan masukan, sebab keluaran tidak pernah akan relevan atau tidak akan  memuaskan jika masukannya tidak sesuai. keluaran harus diserap atau diterima oleh pemangku kepentingan (stakeholders) agar perusahaan dapat bertahan dan bahkan bertumbuh.
            Dalam kepustakaan terhadap banyak definisi kata stakeholders, salah satu komprehenshif adalah definisi dari Freeman dan Reed (1984). Stakeholders  didefinisikan bagi setiap individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi dalam mencapai sasarannya. Secara singkat dapat disimpul kan bahwa perusahaan harus menentukan stakeholders yang relevan (pasar sasaran) yang masuk dalam konteks sistem terbuka tersebut. Yang dimaksud dengan relevan adalah mereka yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi pencapaian sasaran perusahaan.
            Model dasar sistem terbuka menggambarkan bahwa baik masukan, proses transformasi maupun keluaran berkaitan dengan faktor lingkungan eksternal. Perusahaan yang memproduksi suatu keluaran yang bahan bakunya tidak tersedia,

maka proses tranformasi tidak dapat dijalankan. Namun ketersediaan bahan baku tidak akan berarti jika mesin atau karyawan terampil tidak tersedia sehingga proses transformasi pun akan tersendat




Lingkungan Bisnis & Perubahan

            Dalam lingkungan bisnis yang dinamis ini, perusahaan harus senantiasa berubah agar mampu bertahan dan berkembang. Ada beberapa faktor yang membuat perusahaan harus berubah dan mengelola secara efektif. Faktor-faktor penyebab perubahan antara lain: kompetisi, tegnologi, tren, sosial budaya, politik dunia, keinginan pelanggan serta tuntutan karyawan. Menurut Pardo-del-val & Martinez-Fuentes (2003) pada dasarnya terdapat empat jenis perubahan yang didasari oleh penelitian atau konsep yang dipelopori oleh berbagai pakar:
-          Kedalaman atau intensitas. Jenis perubahan ini yang dimotori antara lain oleh Ghosal & Barlett (1996) dan  Marshak (1993) membedakan dua jenis perubahan yaitu inkremental  yang berkaitan dengan perubahan – perubahan aspek perusahaan yang kurang penting dibandingkan dengan perubahan radikal.
-          Asal atau sifat perubahan. Perubahan ini berkaitan dengan pendorong suatu perubahan. Jenis perubahan ini dimotori  antara lain oleh Nadler & Thushman (1989) dan Strebel (1994). Jenis perubahan ini dibedakan menjadi dua yaitu perubahan reaktif  jika suatu perusahaan berubah karena di dorong oleh pihak lain; sedang perubahan proaktif  jika suatu perubahan yang dilakukan karena didorong oleh  keinginan untuk mengantisipasi suatu tuntutan eksternal yang mengharuskan perusahaan melakukan perubahan.
-          Alasan berubah. Jenis perubahan ini membedakan dua alasan yaitu fundamental & alasan peluang. Jenis perubahan ini dimotori Levy (1986) dan Beer & Eisentat (1996)
-          Kecepatan. Jenis perubahan ini berkaitan dengan kecepatan dalam suatu perubahan yang dibedakan menjadi dua yaitu  lambat dan cepat.
Tanpa pengelolaan perubahan secara efektif maka perubahan tidak akan menghasilkan keluaran yang tepat.