Globalisasi, Tantangan, dan Inovasi
Peasingan bisnis yang semakin mendunia (global) dan tajam
menuntut perusahaan memiliki modal intelektual yang kuat dan menganut sistem
terbuka (open system). Organisasi atau perusahaan yang mengadopsi sistem
terbuka akan “peka” dan merespon keinginan dan
kebutuhan para pemangku kepentingannya khusussnya para pelanggan secara
efektif dan efisien.
Menurut fischer (2003), globalisasi
menunjukkan ekonomi, sosial, hubungan dengan orang luar negeri dan budaya.
Globalisasi tentu menjanjikan peluang pasar yang lebih besar, namun disisi lain
persaingan semakin tajam. Sebab itu diperlukan pengetahuan dan keterampilan
khusus agar perusahaan mampu berinovasi.
Perusahaan perlu mengadopsi
paradigma organisasi pembelajaran ( learning organization) karena paradigma
tersebut tidak hanya mendorong perusahaan melakukan penyesuaian terhadap
lingkungan, tetapi juga untuk “belajar” secar berkesinambungan agar selalu
lebih maju dari perusahaan pesaing. Setiap karyawan senantiasa “bertanggung
jawab” dan berkomitmen untak belajar. Beberapa faktor pemicu organisasi antara
lain adalah perdagangan bebas dunia, peasing bisnis tingkat dunia,tuntutan dan
permintaan pelanggan akan barang atau jasa yang bermutu atau bernilai tambah
tinggi, kebijakan perdagangan dunia
(non tariffs kuota) ,perkembangan pesat tegnologi informasi dan
transportasi, serta muncul nya pasar potensial untuk dijadikan peluang bisnis.
Para pemimpin perusahaan seyogianya
memiliki global mindset agar mampu “membaca” arah bisnis global di
masa depan sehingga sejak saat ini sudah
memiliki setrategi yang tepat untuk mengantisipasinya.
Para pemimpin perusahaan perli
mengembangkan karyawan sehingga menjadi perusahaan pembelajar (learning
culture) yang selalu mendorong dan mengarahkan setiap karyawan, pelanggan,
pemasok bersama-sama “melihat” peluang, memanfaatkannya untuk mencapai sasaran
demi kemajuan perusahaan. Lingkungan bisnis yang semakin mendunia berdampak
pada intensifnya interaksi antar perusahaan yang bersifat global, sebab itu
para pemimpin perusahaan seyogianya memiliki kecerdasan budaya yang tinggi (cultural intelligence) agar mampu
mengelola perbedaan budaya menjadi suatu kinerja yang positif.
Menurut Livermore (2010),
kecerdasan budaya atau CQ adalah kemampuan individu dalam berperan secara
efektif pada situasi lintas bangsa,etnik
dan budaya perusahaan. Dengan kata lain, seorang dengan kecerdasan budaya yang
tinggi akan mampu berinteraksi secara efektif dengan berbagai bangsa di dunia.
Menurut Livermore (2010), CQ
(cultural intellegence) terdiri dari empat dimensi:
-
CQ drive adalah
kekuatan dan kercayaan diri untuk memperoleh pemahaman yang diperlukan dan
membuat perencanaan yang berkaitan isu lintas budaya.
-
CQ knowledge adalah
pengetahuan yang berkaitan dengan pemahaman isu-isu mendasar tentang budaya
yang relevan dengan pekerjaan.
-
CQ strategy adalah kemampuan menggunakan pemahaman budaya
yang dimiliki seseorang untuk membuat suatu perencanaan dan menginterpretasi
apa yang terjadi pada suatu situasi.
-
CQ action adalah
kemampuan untuk berinteraksi dan memimpin secara efektif dan fleksibel dalam
konteks lintas budaya.
Organisasi Sistem Terbuka (open system)
Menurut Katz dan Kham (1978) sistem terbuka (open system)
memiliki karakteristik antara lain kemampuan organisasi melakukan
penyesuaian-penyesuaian yang didasari oleh informasi, masukan dan umpan balik
dari lingkungan, ia terdiri dari peristiwa yang bersifat siklikal (cyclical
character), cenderung untuk bertumbuh serta memiliki berbagai cara
(equifinality) untuk mecapai sasaran. Masukan (input) antara lain: bahan dasar
atau sumberdaya manusia. Dalam melakukan suatu proses produksi, perusahaan
perlu mempertimbangkan masukan, sebab keluaran tidak pernah akan relevan atau
tidak akan memuaskan jika masukannya
tidak sesuai. keluaran harus diserap atau diterima oleh pemangku kepentingan (stakeholders) agar perusahaan dapat
bertahan dan bahkan bertumbuh.
Dalam kepustakaan terhadap banyak
definisi kata stakeholders, salah
satu komprehenshif adalah definisi dari Freeman dan Reed (1984). Stakeholders
didefinisikan bagi setiap individu atau kelompok yang dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh organisasi dalam mencapai sasarannya. Secara
singkat dapat disimpul kan bahwa perusahaan harus menentukan stakeholders yang relevan (pasar
sasaran) yang masuk dalam konteks sistem terbuka tersebut. Yang dimaksud dengan
relevan adalah mereka yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi pencapaian
sasaran perusahaan.
Model dasar sistem terbuka
menggambarkan bahwa baik masukan, proses transformasi maupun keluaran berkaitan
dengan faktor lingkungan eksternal. Perusahaan yang memproduksi suatu keluaran
yang bahan bakunya tidak tersedia,
maka
proses tranformasi tidak dapat dijalankan. Namun ketersediaan bahan baku tidak
akan berarti jika mesin atau karyawan terampil tidak tersedia sehingga proses
transformasi pun akan tersendat
Lingkungan Bisnis & Perubahan
Dalam lingkungan bisnis yang dinamis
ini, perusahaan harus senantiasa berubah agar mampu bertahan dan berkembang.
Ada beberapa faktor yang membuat perusahaan harus berubah dan mengelola secara
efektif. Faktor-faktor penyebab perubahan antara lain: kompetisi, tegnologi,
tren, sosial budaya, politik dunia, keinginan pelanggan serta tuntutan
karyawan. Menurut Pardo-del-val & Martinez-Fuentes (2003) pada dasarnya
terdapat empat jenis perubahan yang didasari oleh penelitian atau konsep yang
dipelopori oleh berbagai pakar:
-
Kedalaman atau
intensitas. Jenis perubahan ini yang dimotori antara lain oleh Ghosal &
Barlett (1996) dan Marshak (1993)
membedakan dua jenis perubahan yaitu
inkremental yang berkaitan dengan
perubahan – perubahan aspek perusahaan yang kurang penting dibandingkan dengan
perubahan radikal.
-
Asal atau sifat
perubahan. Perubahan ini berkaitan dengan pendorong suatu perubahan. Jenis
perubahan ini dimotori antara lain oleh
Nadler & Thushman (1989) dan Strebel (1994). Jenis perubahan ini dibedakan
menjadi dua yaitu perubahan reaktif jika
suatu perusahaan berubah karena di dorong oleh pihak lain; sedang perubahan
proaktif jika suatu perubahan yang
dilakukan karena didorong oleh keinginan
untuk mengantisipasi suatu tuntutan eksternal yang mengharuskan perusahaan
melakukan perubahan.
-
Alasan berubah.
Jenis perubahan ini membedakan dua alasan yaitu fundamental & alasan
peluang. Jenis perubahan ini dimotori Levy (1986) dan Beer & Eisentat
(1996)
-
Kecepatan. Jenis
perubahan ini berkaitan dengan kecepatan dalam suatu perubahan yang dibedakan
menjadi dua yaitu lambat dan cepat.
Tanpa
pengelolaan perubahan secara efektif maka perubahan tidak akan menghasilkan
keluaran yang tepat.